Senin, 19 April 2010

Kisah Cinta

Cerita ini merupakan kisah nyata yang memang saya rasakan di kehidupan saya .Tapi detail yang saya sebutkan tidak sama seperti apa yang saya alami.

Sekitar 4 bulan yang lalu saya berkenalan dengan seseorang bernama Santi (bukan nama sebenarnya)lewat jejaring Facebook.Dia adalah seorang wanita berusia 15 tahun dan masih duduk di kelas 3 SMP .

Awalnya dia mengirim chat kepada saya dan saya tangapi dengan positif ,setelah 2 minggu saling berkenalan lewat chating di Facebook ,saya meminta no Handphonenya dan dia m,emberikan nop handphone nya dan sayapun memberikan no handphon saya .

kira-kira setelah 4 hari saling berhubungan lewat sms dan chat, saya ingin bertemu dengan dia dan dia pun setuju dan kami menentukan tanggal dan hari di mana kami akan bertemu.

Pada tanggal 18,januari 2010 saya bertemu dengan nya di sebuah cafe yang cukup terkenal, ketika dia datang saya melihat nya dengan pandangan kagum karna dia seorang wnita yang cantik ,baik, dan mengunakan kerudung. setelah berbincang-bincang cukup lama sayapun mengungkapkan perasaan saya kepada di. Dan dia pun menangapi nya dengan positif dan kami resmi berpacaran pada saat itu juga .

setelah beberapa lama ,saya merasakan hal yang aneh pada dirinya karna setiap saya mengajaknya jalan dia selalu tidak membawa uang , ketika saya tanya penyebabnya dia menjawab dengan 1001 alasan yang bisa membuat saya percaya.saya pun merasa curiga dan menanyakan kepada temannya yang kebetulan teman SD saya.Ternyata dia hanya memanfaatkan saya untuk kepentingan pribadi nya ,sayapun langsung mengatakan apa yang saya dengar dari teman SD saya kepada dia, dan diapun memberikan alasan-alasannya saya tidak lansung percaya dan saya pun kembali menanyakannya kepada teman SD saya yang memang teman dekat nya.

Ketika mendengar pengakuan dari teman SD saya ,say merasa sok karna ternyata sebelum dia berpacaran dengan saya dia ternyata sudah mempunyai seorang pacar sebut saja Doni (bukan nama sebenarnya).Setelah saya tanyakan kepada orang tersebut ternyata benar dia adalah pacar dari Santi yaitu pacar saya ,setelah saya ceritakan yang sebenarnya diapun merasa sok sama seperti saya.Kami pun mendatangi Santi, ketika santi melihat saya dan Doni berjalan kearah nya mukanya langsung berubah menjadi pucat,sepertinya dia sok melihat saya berjalan bersama Doni ke arahnya.

Setelah saya tanya yang sebenarnya kepada dia ,dia menjawab dengan terpatah patah.
setelah lama berbincang di jalan dia pun mengatakan yang sebenar nya kepada kami berdua sambil mengeluarkan air mata.

Dan pada saat itu juga kami langsung mengakhiri hubungan kami dengan santi.


Mendengar cerita di atas apakah anda merasakan apa yang saya dan Doni alami? Saya harap tidak ada wanita yang seperti dia lagi di dunia ini.

Minggu, 18 April 2010

Cinta Sejati

Cerita ini merupakan kisah nyata seorang tante yang saya temui di Bandung, tetapi detail yang saya sebutkan mungkin tidak sesuai dengan kisah aslinya. Saya menuliskan apa yang saya tangkap dari yang diceritakan tante. Sebut saja Ami (bukan nama sebenarnya). Tante Ami bercerita mengenai pengalaman hidupnya ketika masa kuliah.

Sekitar dua puluh tahun yang lalu, Ami sedang menjalankan semester terakhir dan berusaha menyelesaikan skripsi. Disaat itu pula, 2 minggu yang akan datang, Ami akan dipersunting oleh seorang pria yang bernama Iman (bukan nama sebenarnya).

Ami dan Iman telah berpacaran selama 7 tahun. Iman merupakan teman SD Ami. Mereka telah kenal selama 14 tahun. Masa 7 tahun adalah masa pertemanan, dan kemudian dilanjutkan ke masa pacaran. Mereka bahkan telah bertunangan dan 2 minggu ke depan, Ami dan Iman akan melangsungkan ijab kabul.

Entah mimpi apa semalam, tiba-tiba Ami dikejutkan oleh suatu berita.

Adiknya Iman: Mbak Ami, Mbak Ami. Mas Iman…Mas Iman….kena musibah!
Ami: Innalillahi wa inna illahi roji’un…

Saat itu Ami tidak mengetahui musibah apa yang menimpa Iman. Kemudian sang adik melanjutkan beritanya…

Adiknya Iman: Mas Iman…kecelakaan…dan..meninggal…
Ami: Innalillahi wa inna illahi roji’un…

…dan Ami kemudian pingsan…

Setelah bangun, Ami dihadapkan oleh mayat tunangannya. Ami yang shock berat tak bisa berkata apa-apa. Bahkan tidak ada air mata yang mengalir.

Ketika memandikan jenazahnya, Amit terdiam. Ami memeluk tubuh Iman yang sudah dingin dengan begitu erat dan tak mau melepaskannya hingga akhirnya orang tua Iman mencoba meminta Ami agar tabah menghadapi semua ini.

Setelah dikuburkan, Ami tetap terdiam. Ia berdoa khusyuk di depan kuburan Iman.

Sampai seminggu ke depan, Ami tak punya nafsu makan. Ia hanya makan sedikit. Ia pun tak banyak bicara. Menangis pun tidak. Skripsinya terlantar begitu saja. Orangtua Ami pun semakin cemas melihat sikap anaknya tersebut.

Akhirnya bapaknya Ami memarahi Ami. Sang bapak sengaja menekan anak tersebut supaya ia mengeluarkan air mata. Tentu berat bagi Ami kehilangan orang yang dicintainya, tapi tidak mengeluarkan air mata sama sekali. Rasanya beban Ami belum dikeluarkan.

Setelah dimarahi oleh bapaknya, barulah Ami menangis. Tumpahlah semua kesedihan hatinya. Setidaknya, satu beban telah berkurang.

…tiga bulan kemudian…

Skripsi Ami belum juga kelar. Orangtuanya pun tidak mengharap banyak karena sangat mengerti keadaan Ami. Sepeninggal Iman, Ami masih terus meratapi dan merasa Iman hanya pergi jauh. Nanti juga kembali, pikirnya.

Di dalam wajah sendunya, tiba-tiba ada seorang pria yang tertarik melihat Ami. Satria namanya (bukan nama sebenarnya). Ia tertarik dengan paras Ami yang manis dan pendiam. Satria pun mencoba mencaritahu tentang Ami dan ia mendengar kisah Ami lengkap dari teman-temannya.

Setelah mendapatkan berbagai informasi tentang Ami, ia coba mendekati Ami. Ami yang hatinya sudah beku, tidak peduli akan kehadiran Satria. Beberapa kali ajakan Satria tidak direspon olehnya.

Satria pun pantang menyerah, sampai akhirnya Ami sedikit luluh. Ami pun mengajak Satria ke kuburan Iman. Disana Ami meminta Satria minta ijin kepada Iman untuk berhubungan dengan Ami. Satria yang begitu menyayangi Ami menuruti keinginan perempuan itu. Ia pun berdoa serta minta ijin kepada kuburan Iman.

Masa pacaran Ami dan Satria begitu unik. Setiap ingin pergi berdua, mereka selalu mampir ke kuburan Iman untuk minta ijin dan memberitahu bahwa hari ini mereka akan pergi kemana. Hal itu terus terjadi berulang-ulang. Tampaknya sampai kapanpun posisi Iman di hati Ami tidak ada yang menggeser. Tetapi Satria pun sangat mengerti hal itu dan tetap rela bersanding disisi Ami, walaupun sebagai orang kedua dihati Ami.

Setahun sudah masa pacaran mereka. Skripsi Ami sudah selesai enam bulan yang lalu dan ia lulus dengan nilai baik. Satria pun memutuskan untuk melamar Ami.

Sebelum melamar Ami, Satria mengunjungi kuburan Iman sendirian. Ini sudah menjadi ritual bagi dirinya. Disana ia mengobrol dengan batu nisan tersebut, membacakan yasin, sekaligus minta ijin untuk melamar Ami. Setelah itu Satria pulang, dan malamnya ia melamar Ami.

Ami tentu saja senang. Tapi tetap saja, di hati Ami masih terkenang sosok Iman. Ami menceritakan bagaimana perasaannya ke Satria dan bagaimana posisi Iman dihatinya. Satria menerima semua itu dengan lapang dada. Baginya, Ami adalah prioritas utamanya. Apapun keinginan Ami, ia akan menuruti semua itu, asalkan Ami bahagia.

Ami pun akhirnya menerima lamaran Satria.

…beberapa bulan setelah menikah…

Di rumah yang damai, terpampang foto perkawinan Ami dan Satria. Tak jauh dari foto tersebut, ada foto perkawinan Ami ukuran 4R. Foto perkawinan biasa, namun ada yang janggal. Di foto tersebut terpampang wajah Ami dan Iman.

Ya, Ami yang masih terus mencintai Iman mengganti foto pasangan disebelahnya dengan wajah Iman. Foto itupun terletak tak jauh dari foto perkawinan Satria dan Ami. Sekilas terlihat foto tersebut hasil rekayasa yang dibuat oleh Ami. Namun Satria mengijinkan Ami meletakkan foto tersebut tak jauh dari foto perkawinan mereka.

Bagaimanapun Ami tetap akan mencintai Iman sekaligus mencintai Satria, suami tercintanya. Dan Satria merupakan pria yang memiliki hati sejati. Baginya, cinta sejatinya adalah Ami. Apapun yang Ami lakukan, ia berusaha menerima semua keadaan itu. Baginya tak ada yang perlu dicemburui dari batu nisan. Ia tetap menjalankan rumah tangganya dengan sakinah, mawaddah dan warramah, hingga saat ini…

Mendengar cerita diatas, terus terang saya merasa sedih, terharu, sekaligus miris. Saya kagum dengan sosok Satria yang ternyata benar-benar mencintai Tante Ami. Saya juga mengerti kepedihan Tante Ami ketika ditinggalkan tunangannya. Tentu rasanya sulit ditinggalkan oleh orang yang sudah membekas dihati.

Akankah ada pria-pria seperti Satria? Saya harap semoga banyak pria yang akan tetap setia kepada seorang wanita, menerima mereka apa adanya.